여행과 일

여행은 일이고 일은 여행이다

인도네시아 일상/인니 종교

교도소 방문갔다가 /Pelayanan di Penjara Wanita

이부김 2005. 7. 10. 21:25
728x90
반응형

 교도소  방문갔다가

                          

 

오늘은 화요일. 화요일도 그냥 화요일이 아니라 유월 첫째 화요일, 내가 여자 교도소에 가는 날이다. 처음으로 가 보는 곳이라, 혹여 준비물이 필요 할까? 그 사람들에게 약간의 도움을 주고 싶은데 하는 마음으로 나는 이런 저런 생각을 했다. 사탕이라도, 아니면 치약이라도 100여 개를 사 가야 할까? 나는 혼자서 그들에 대해 대한 많은 상상을 했다.

 

우리는 약속대로 6명의 사람들과 함께 말랑에 있는 < Lembaga Pemasyarakatan Wanita : 여자 교도소) 에 갔다. TV에서 본 감옥은 높은 담장 위에 철조망이 얹혀 있고 그 안에는 쇠창살이 촘촘히 박혀 있었다. 나는 그런 고정관념 속에서 조금은 딱딱한 분위기를 연상했다. 내가 받은 방문 카드 번호는 61번 이었다. 나는 민족 시인 이 원록이 떠 올랐다. 조선은행 대구지점 폭파사건으로 3년간 옥살이 했다. 그 때 죄수 번호 64를 따서 자신의 호로 삼았고 <청포도> 시인 이 육사.

 

하나의 문을 들어서고 나는 하늘을 보았다. 교도소에서 바라 보는 하늘은 어떨까, 하는 느낌으로. 또 하나의 문을 들어서니 하늘은 볼 수가 없었다. 여자들이 복도에 퍼 질러 앉아 있었다. 동료간에 서로 발 맛 사지를 해 주는 사람, 하얀 천에 수를 놓고 있는 사람, 나는 코도 못 거는 그 어려운 대바늘로 뜨개질 하는 사람들이 서너 명 있었다. 나는 그 사람들과 이야길 하고 싶었다. 하얀 천에다 수 놓는 사람에게 다가가서 나도 한번 해 보자고 말했다. 그는 장미꽃을 수 놓고 있었고 나는 빨간 실로 한 땀 한 땀 꽃잎 하나를 수 놓아 보았다.      

 

우리는 예배실로 들어 갔다. 앞에 옆에 앉은 사람들은 너무 반갑게 맞아 주었고 손을 스스럼없이 내 밀어 악수를 청했다. 예배가 시작되기 전에 서로 인사를 나누는 시간이 있었는데 내 앞에 앉은 아주머니가 이번 달에는 한국 사람이 온다고 하던데 당신이냐고 물어 왔다. 나는 그렇다고 말하니 양 옆에 있던 사람들이 우르르 손을 내 밀어 악수를 청했다. 약간 친숙해진 느낌이 들어 나는 조심스럽게 물어 보았다. 사람들이 옷 차림이 다른 이유를. 죄수 번호는 없었지만 파란 옷차림의 사람들은 이미 복역 중이고, 우리들처럼 보통 옷차림의 사람들은 미결수라고 말했다. 그 아주머니는 이미 10개월을 살았고 이번 8월에 감옥을 나간다고 웃으며 말했다. 나는 스님, 수녀, 신부님에게 당신은 왜, 신부가 되었는지를 물어 보았으나 그 사람들에게는 도저히 죄목을 물어 볼 수가 없었다.

 

예배가 시작되기 전에 준비 찬양을 다섯 곡 정도 불렀다. 우리는 30여명의 여인들과 함께 (Ku Mau Cinta Yesus: 예수님을 사랑합니다)를 불렀다. 내 앞에 앉은 아주머니는 몸을 리듬에 잘 맞추어 박수까지 치며 얼마나 정열적으로 부르던지, 나는 부녀 회원들과 단체로 노래방에 와 있는 착각이 들었다. 우리 일행 중에 한 분이 마음에 와 닿는 좋은 설교를 했다. 그 다음 진행자가 간증이나 찬양 할 사람 하고 물었더니 4명의 사람들이 앞으로 나가 찬양을 했다. 그리고 기도 받기를 원하는 사람은 앞으로 나오라는 말에 열명이 나갔으며 우리는 서로의 안녕과 변화를 위해 기도를 했다. 그 사람들은 있는 그대로 보여주는 순수한 사람들이었다. 어떤 젊은 여자는 엉엉 울면서 얼마나 간절히 자신을 쏟아 놓던지 그 사람을 보면서 나는 내 자신을 되 돌아 보았다. 나의 눈물은 의미도 말 해 주지 않은 채 내 볼을 타고 옷깃으로 흘러 내렸다.

 

우리들이 나오는데 웃음 묻은 얼굴로 문 앞까지 따로 오며 (Sampai jumpa lagi : 또 만나요)  라고 말하며 손까지 흔들어 보는 사람도 있었다. 감옥 문을 나오면서 이런 생각이 떠 올랐다. 그 사람들에게는 치약과 사탕이 필요 한 것이 아니라, 자신을 받아주고 마음을 열어 보일 사랑이 필요했다. 눈물을 줄줄 흘리는 사람에게 손수건 한장 건네 줄 준비를 하지 못한 나! 오늘 나는 그들에게 위안을 주러 간 것이 아니라 내가 오히려 위안을 받았다. 돌아 오는 길 차 안에서 들었는데 앞에서 찬양을 부르던 4 사람은 Narkoba( 모르핀, 마약의 일종)를 팔았고, 문 앞까지 따라 나왔던 사람은 일 가족을 토막 살인한 사람이라고 했다.

 

나는 교도소 밖에서 다시 하늘을 바라 보았다. 날마다 하늘을 머리에 이고 살면서도 아주 오랜만에 여유를 가지고 보는 하늘이다. 구름은 행주를 삶아 빤 것처럼 뽀얗게 여기 저기 널려 있다. 하늘은 너무 맑아서 손가락으로 툭,하고 튕기면 쨍! 하고 금이 갈 것만 같다. 답답함으로 둘러 쌓인 내 가슴도 오늘은 차라리 쨍! 하고 금이 갔으면 좋으련만 (*)

 

 

 

Tabloid Komunikasi Warga Korea Jawa Timur - INDONESIA

<동부 자바 사람들> 7월호에 실림

 

 

 

 

                Pelayanan di penjara wanita(인도네시아어)

 

                                                Kim sung wol

Pada hari Selasa bulan Juni. Hari itu merupakan hari istimewa buat saya

ketika berkunjung  ke penjara wanaita. 

Saya agak bingung karena pertama kali, Saya memikirkan bermaca-macam karena ingin bantu mereka tetapi perlu

apa bagi mereka?

Saya sangat bingung memikirkan, bagaimana akan menolong mereka?

Jika permen atau pasta gigi dibutuhkan sekitar seratus buah.

Saya memikirkan banyak hal tentang mereka. Saya berjanji untuk kembali mengunjungi

ke Lembaga Pemasyarakatan Wanita .

 

Saya melihat di TV bahwa yang disebut penjara, pagar berkawat dan tirai besi.

Gambaran saya, bahwa penjara suasananya keras dan menyeramkan. Ketika saya memasuki lokasi saya menerima kartu tamu nomor 61. hal itu mengingatkan saya si penyair Lee won lok.

Saya menerima kartu tamu nomor 61. saya langsung teringat si penyair Lee won lok. Dia pernah masuk ke penjara selama 3 tahun karena kasus pengeboman di bank Cho Sun cabang Daegu. Saat itu ditahanan nomor 64. Setelah itu dia memiliki sebutan Lee64.

 

Ketika saya masuk area Lembaga Pemasyarakatan Wanita, saya melihat langit setelah masuk pintu pertama. Kemudian saya penasaran bagaimana melihat langit jika dipandang dari dalam penjara. Setelah masuk pintu ke dua, saya tidak bisa melihat langit lagi. Selanjutnya yang saya lihat wanita-wanita sedang duduk – duduk di koridor.

 

Ada yang saling memijat, menyulam, dan juga beberapa orang yang pandai merajut. Saya ingin berbicara dengan mereka. Lalu saya mendekati mereka dan berkata pada orang yang sedang menyulam kain putih bahwa saya ingin mencoba menyulam. Dia menyulam bunga mawar dan saya menyulam daun bunga satu demi satu dengan benang merah.

 

Kemudian kami masuk ke ruang ibadah, mereka saling memberikan salam ke kiri dan kanan dengan jabatan tangan. Sebelum ibadah dimulai, ada yang bertanya. “Katanya bulan ini ada orang Korea yang datang dan apa itu anda?”. Saya menjawab “ya, orangnya” lalu mereka mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

 

Waktu itu saya merasa akrab, maka saya bertanya dengan hati-hati tentang perbedaan baju tahanan. Katanya, baju biru  menujuk narapidana yang sedang menjalani hukuman dan yang berbaju biasa adalah tahanan yang sedang menunggu keputusan pengadilan.

 

Di sisi yang lain saya bertanya kepada seorang napi sudah berapa lama di penjara ? Ibu itu mengatakan dengan tersenyum, kalau dia sudah 10 bulan  kemudian  akan keluar dari sini bulan Oktober tahun ini.

 

Sebelum khotbah, kami menyanyi  lagu “Ku mau cinta yesus” dengan 30 wanita tahanan.

Seorang ibu yang duduk di depan saya menyanyikannya dengan penuh semangat sambil bertepuk tangan dan saya merasa seakan-akan berada di karoke bersama ibu-ibu arisan.

 

Salah satu dari kami mengotbah dengan baik dan menyentuh hati. Setelah itu kami doa bersama untuk terjadinya perubahan diri dan ada damai sejahtera dalam kehidupan kami semua. Mereka menujukan kesungguhan waktu berdoa apa adanya.

Saya kakum ketika melihat, seorang wanita saat mencurahkan isi hatinya, saat itu saya merenungkan diri sendiri sambil melihat seorang ibu tadi itu. Air mata saya mengalir ke pipi saya kemudian ke kerah baju, walau saya tidak mengerti mengapa menangis.

 

Ketika kami pulang ada seorang dengan wajah tersenyum penuh berkata, “ Sampai jumpa lagi” sambil lambai-lambaikan tangan. Sambil keluar dari area penjara penjara saya memikirkan, Mereka membutuhkan bukan pasta gigi dan permen, tetapi saling bertukar pikiran dan membuka hati dengan kasih. Hari ini saya bukan menghiburkan  mereka tetapi sebaliknya saya dihiburkan oleh mereka.

 

Dalam perjalanan pulang saya diberitahu bahwa 4 orang yang tadi menyanyikan pujian adalah penjual narkoba dan orang yang mengantar kami sampai ke depan pintu, dulunya pembunuh sekeluarganya dan dipotong-potong.

 

Saya melihat lagi langit di luar penjara. Itu adalah langit yang dilihat dengan lebih santai walau setiap hari saya berada di bawah langit. Awan putih yang seperti gulali itu betebaran di mana-mana. Langit cerah sekali seakan-akan mau pecah kalau saya sentuh dengan jemari. Saya berharap, hati saya yang diselimuti oleh kesesakan pun akan diterangi.(*)

728x90
반응형