여행과 일

여행은 일이고 일은 여행이다

인도네시아 일상/인니인.한인

외국에서 탄 택시 이야기/Tentang Cerita Taksi

이부김 2007. 9. 15. 04:15
728x90
반응형

   외국에서 탄 택시 이야기

 

 

    좋은 아침, 비마 택십니다.
 
  , 좋은 아침 미스 이꺼를 부탁합니다.
 
  미쎄스 . 어떻게 지내십니까?
 
  , 지내고 있어요. 그러나.....
 
무엇 때문에 이른 아침 택시회사 아가씨와 통화를 했을까? 사건은 어제 오후에 일어났으며 발단은 이렇다.

 

인도네시아는 아직도 대중 교통이 많이 불편하다. 시내를 가려고 해도 차를 타는 일이 너무 골치가 아프다. 더군다나 시내버스로 다니는 봉고 많이 태우면 15명씩 태운다. 좁은 봉고 안에 많은 사람들이 타면 상대방의 코와 코가 닿을 것만 같다.

적도의 태양은 얼마나 뜨거운가, 그런데 에어컨도 없고 창문이 고장 나서 비 오면 비가 들어 오는 그런 차를 여러 사람이 탄다. 좌석에 앉은 운전 기사가 담배를 피우면 냄새, 바람이 열려진 창문으로 아가씨의 머리카락 좌석 안경 아저씨 얼굴에서 펄럭인다. 대중 교통이 이렇다 보니 학생들등교 거의 자가용이나 오토바이 아니면 베짝을 많이 이용한다.

 

우리집도 아이들 전용 통학차가 있는데 어제는 부득이한 일로 인해 말만하게 커버린 여중학생 딸아이를 택시로 하교 시키게 되었다. 중소 도시에는 전부가 콜택시이기에 나는 어느 택시 단골이었다. 아이들이 수업 마치는 정확한 시간은 13; 15분이다. 전화를 걸어 택시가 정각 13:00 시에 우리 집에 도착 택시를 가정부가 타고 학교로 갔다. 그리고는 교문 앞에서 아이들을 만나 집으로 돌아 온다. 아이들이 택시가 집에 도착한 시각, 13 30 이였다.

요금이 얼마냐?

  1 7 루피아』

요금을 가정부에게 건네 주고 집안으로 들어오는데, 택시에서 내리던 둘째 딸이

엄마 요금 1 2 루피아인데 , 1 7 루피아를 지불하지?

글쎄 그럴까.?

조심스레 기사에게 물어 보았다. 기사는 딱딱한 어조로

내가 학교 앞에서 시간이나 기다렸으니 그렇게 지불해야 합니다.

' 시간을 기다렸다..... 시간이라.... 시간......'

말에 은근히 화가 났지만 팁으로 생각하고 기사의 아름다운 수작에 그냥 넘어갈까 망설이는데, 그는 자신의 법칙에 내가 당연히 인정해야 한다는 것처럼 한번 우겨댔다.

지금이 1 40분이니 시간 기다린 맞잖아요.

내가 스스로 주는 것과 억지로 세금내듯 지불하는 것은 다르다고 생각되었으며 후자는 멍청이 같아 싫었다. 그래서 도도한 그의 엉터리 공식을 알고 싶은 생각이 가슴에서 난리를 쳤다.

 

회사와 오랜 단골이 되다 보니 기사들과 많이 알고 지낸다. 더군다나 택시의 교대자가 누구인지까지를. 어차피 벌어진 실랑이 기사와 눈높이를 함께 해야겠다는 생각이 들었다.

, 그렇다면, 우리 함께 손으로 꼽으며 계산을 봅시다. 맨처음.....

치사했지만, 이렇게 정확한 설명을 하자 너무 훤히 들켜버린 그는 자신이 부끄러웠는지, 말문이 막혀버렸는지 주머니 속에서 꼬깃꼬깃하게 접혀진 손수건을냈다. 그리고는 자신의 안경만을 벗어 닦았다. 두툼한 입술로 입김을 후후 불어 가면서그러더니 나에게 전해 아주 신통한 생각 뭔가(?) 찾아 냈다는 듯이 닦여진 안경을 햇살에 한번 비쳐 보더니 폼재며 썼다. 그리고는 나보다 가정부가 편했던지 가정부에게 무엇이라고 중얼거리더니 아까 받은 RP 1 7천을 돌려 주고 ,하니 리는 것이었다.

가정부의 말이기사가 요금을 받겠다라는 것이다. 작은 것을 속여 속아주면 쾌재를 부리던 사람들, 검은 매연을 내며 사라져 가는 택시의 뒷모습을 쳐다보는 심정은 황당했고 마치, 풍선을 바람에 날려 버린 기분이었다.


이럴 경우에 대부분의 한국 사람들은 그냥 달라는 대로주고 말아 버리는 것이 제일 낫다고 오래 살았던 사람들에게 들은 말이 떠 올랐다. 왜라고 내가 물으니 그들은

여기가 한국이 아니고, 인도네시아니까, 웬만하면 그냥 참고 살아가라. 까짓것 한국 돈으로 몇 푼된다고.

사람들은 그냥 귀찮아서 작은 일로 시비가 걸려 보복을 할까, 두려움도 있기 때문이라고 말했다. 택시 기사들의 횡포는 그렇게 익숙해졌던 것이었다.

외국인이 타서 돈을 내면아이 , 떡이냐!’ 식으로 아예 거스름돈이 없다며 말같지도 않은 핑계를 많이 댄다고 했다. 

그날 나의 이야길 들은 남편도 마치, 무슨 관례라도 되는 것처럼.

달라면 그냥 주지 그것 얼마된다고 괜히 시끄럽게 일을 만들고 그러다가 만약에 그들이 나쁜 마음을 품으면 어쩌려고..

말은 나에게 슬픈 위안의 말이고 전래동화 같은 사고방식에 나는 가슴이 저렸다.


전화로 어제의 일을 자초지종 들은 아가씨 이꺼는

정말 죄송합니다. 어떻게 처리했으면 Mrs. kim 좋겠어요?

연신 미안하다며 사과를 했다. 나는 웃으며 말했다.

 지금 우리 기사 편으로 돈을 봉투에 넣어 사무실로 보낼 테니 기사 앞으로 입금을 잡아 주도록 주세요.

                                

              

                          

 

Tentang Cerita Taksi<인도네시아어>

 

“Halo, Pagi Bima”
“Ya, Pagi. Bisa bicara dengan Mbak Ike"
“Oh, ini Mrs Kim. Bagaimana kabarnya?"
“Ya. Baik-baik saja. Tetapi.....”

Di atas adalah percakapan telepon di pagi hari itu. Kenapa apa, aku pagi-pagi menelepon kantor taksi karyawan? Kasusnya terjadi pada kemarin siang dan awalnya begini.
 

Kondisi transpetasi umum di Indonesia masih tidak begitu lancar. alau mau pergi ke kota saja sangat repot karena tidak begitu umum. Aalagi di dalam mikrolet, biasanya dinaikan sampai 15 orang. ika banyak naik penumpang aku merasa hampir menyentu hidungku dan hidung oang lain.

Matahari tropis juga betapa terbakar dengan panasnya. Dalam kepanasan itu orang-orang menaiki mobil yang tidak ada AC dan bahkan jendelanya rusak. Ketika merokok supir asapnya otomatis dialirkan ke tempat belakang, dan ada yang dibuka jendela, jika angin bertiup rambut si gadis sampai berkibar di wajah sebelah bapak yang berkacamata.

Ketika masuk sekolah siswa-siswi umumnya menggunakan kendaraan pribadi dan sisanya menggunkana sepeda motor, becak atau mikrolet.

 

Rumahku juga memiliki supir pribadi untuk anak-anak, tetapi kemarin ada sesuatu hal yang penting, maka aku terpaksa menjemput kedua puteriku yang sudah besar dengan taksi.Aku adalah pelanggan taksi bima. Bisa percaya jadi hatiku merasa aman. Anak-anak selesai sekolah tepat jam 13.15. Sebelumnya aku menelepon dan meminta taksi datang ke rumah jam 13. Taksi sampai di rumahku tepat waktu dan pembantu ke sekolah dengan menaiki taksi itu. Lalu bertemu anak-anak di depan gerbang sekolah, kemudian pulang ke rumah.
 

Ketika taksi yang dinaiki anak-anak sampai di rumah, pukul 13.30. [berapa tarifnya?] Pembantu menjawab lima belas ribu. Aku menyampaikan uangnya pada pembantu dan mau masuk rumah. Tiba-tiba puteri keduaku yang turun dari taksi berkata [mama. Di  argo hanya 12 ribu tapi kenapa bayar 17 ribu?][oh gitu, kenapa ya?]Aku bertanya pada supir itu dengan hati-hati. Supir itu menjawab dengan nada kaku [Memang begitu soalnya saya sudah tunggu selama 1jam di depan sekolah.]
 

Memberi atas kemauanku dan membayar dengan terpaksa itu sangat berbeda, dan aku tidak suka yang belakang karena terasa seperti bodoh. Aku malah jadi ingin mengerti rumus amburadulnya itu. Jadi aku menjelaskannya dengarkan baik-baik.
 [Kalau begitu mari coba hitung.. Awalnya kan....]

Memang agak pengecut tapi mendengar penjelasanku yang tajam, dia seperti malu karena sudah ketahuan. Mungkin karena kehabisan kata-kata dia mengeluarkan sapu tangannya dalam saku. Lalu membersihkan kacamatanya. Sambil meniupnya sesekali dengan bibir tebalnya.
 

Kemudian seperti dia telah menemukan ide yang cemerlang, ia memakai kacamatanya

itu sambil bergaya. Mungkin dia lebih enak berbicara dengan pembantu dibanding aku jadi dia memanggil pembantuku.

Setelah mengatakan sesuatu dia mengembalikan 17 ribu yang tadi pada pembantuku lalu pergi begitu saja. Aku menanyakan alasannya sambil melihat uagn di tangan pembantu. Kata pembantu, ‘supirnya tidak mau menerima uang ini.’Orang-orang yang bersuka kalau berhasil membohongi hal-hal kecil, perasaanku waktu melihat taksi menghilang di jauh sana sangatlah bingung, seperti kehilangan balon diterjang angin.

Pada situasi seperti itu, kebanyakan orang Korea yang tinggal lebih lama dari kau memberi semintanya. Alasannya karena bahasanya masih sulit lagi pula itu hanya sedikit dalam mata uang Korea. Juga karena malas, dan takut orang-orang sini balas dendam hanya karena hal kecil menyinggung perasaan.

 

Jadi kenakalan para supir taksi sudah begitu membiasa. Kalau orang asing yang naik, mereka berpikir ‘Aduh, untung sekali!’ lalu malah beralasan yang tidak masuk akal seperti tidak ada kembali.. Orang-orang mengatakannya pada saya.
[Sudah hidup begitu saja, di sini bukan Korea tapi Indonesia.]


Suamiku yang telah mendengar cerita itu pun berkata seakan-akan hal itu sudah menjadi suatu tradisi. [Kenapa tidak memberi saja? Malah memperumitkan masalah. Bagaimana kalau nanti mereka sampai balas dendam?] Kata-kata itu adalah kata penghibur yang menyedihkan, dan hatiku jadi sakit karena cara pikir seperti cerita rakyat itu. mbak Ike yang sudah mendengar awal akhir cerita itu berkata

[Aduh, maaf ya.. Mrs Kim mau bagaimana?]

Dan meminta maaf berulang-ulang kali. Aku berkata sambil tersenyum.

[Sekarang saya kirim uangnya lewat supir saya. Beri saja pada supir itu.]  

728x90
반응형